Free Ads Here

Iran Alami Krisis Air Terparah dalam Sejarah,Presidennya Usulkan Pemindahan Ibu Kota

 Iran dilaporkan mengalami krisis air parah. Bencana ini bahkan mengancam keberadaan ibu kotanya, Teheran, NW melaporkan

"Lahan basah di Iran Utara lenyap, membuat habitat burung yang dulunya berkembang pesat menjadi sunyi senyap," tulis laporan itu menggambarkan kekeringan yang melanda.

Di Provinsi Golestan, ratusan ribu burung migrasi gagal tiba musim gugur ini akibat kekeringan.

Adanya bendungan di hulu juga mendorong wilayah tersebut menuju kehancuran ekologis. 

"Tahun ini langit di atas Golestan kosong," lapor kantor berita Tasnim Iran.

Menurunnya lahan basah di utara mencerminkan krisis air yang sangat luas di Iran. 

Sungai dan danau menyusut, air tanah menipis dengan cepat, dan kekeringan berkepanjangan membebani pertanian dan wilayah perkotaan. 

Presiden Iran, Masoud Pezeshkian dilaporkan telah mengusulkan pemindahan ibu kota negara, dengan alasan kerentanan Teheran, meskipun banyak pejabat memperingatkan bahwa salah urus air sistemik masih menjadi akar permasalahannya.

Mengapa Hal Ini Penting

Iran menghadapi salah satu krisis air terparah dalam sejarah modernnya, dengan konsekuensi yang jauh melampaui ekosistem lokal.

Kelangkaan air menghambat produksi pertanian di salah satu wilayah paling subur di kawasan tersebut, mengancam ketahanan pangan dan mata pencaharian pedesaan.

Kekeringan berkepanjangan, perubahan iklim, dan praktik irigasi yang tidak efisien telah mempercepat penipisan sungai, danau, dan akuifer, sementara penggunaan air yang berlebihan di pusat-pusat perkotaan telah memperparah penurunan tanah dan beban infrastruktur.

Kerusakan ekologi di wilayah utara juga merupakan tanda peringatan bagi wilayah lain.

Seiring mengeringnya lahan basah dan menyebarnya debu garam, masyarakat di seluruh Iran menghadapi peningkatan risiko kesehatan dan degradasi lingkungan.

Para ekonom dan perencana memperingatkan kalau tanpa reformasi sistemik, krisis air Iran dapat menghambat pertumbuhan ekonomi, meningkatkan tekanan migrasi, dan memperparah ketimpangan regional.

Apa yang Perlu Diketahui

Lahan basah di Iran Utara telah mengalami kekeringan, kenaikan suhu, dan dampak bendungan di hulu selama tiga tahun berturut-turut.

Kerusakan hidrologis yang diakibatkannya telah membuat dasar danau terlihat dan menghasilkan debu asin, merusak tanaman, serta mengancam masyarakat di sekitarnya. 

Hilangnya burung-burung migrasi seperti flamingo dan pelikan tidak hanya menandakan hilangnya keanekaragaman hayati tetapi juga gangguan yang sangat luas terhadap ekosistem regional yang menopang mata pencaharian penduduk setempat.

Kekurangan Air di Perkotaan

Krisis lingkungan di utara mencerminkan tekanan yang terjadi di pusat-pusat perkotaan.

Kekeringan, menurunnya curah hujan, dan pengambilan air tanah secara berlebihan telah menyebabkan sistem air Teheran berada dalam krisis.

Tahun lalu, curah hujan tercatat sekitar 140 mm, dibandingkan dengan standar 260 mm, dan perkiraan awal tahun 2025 menunjukkan tingkat curah hujan di bawah 100 mm.

Bendungan yang biasanya memasok 70 persen air kota telah terkuras, sementara ketergantungan pada air tanah telah mempercepat penurunan tanah, dengan beberapa area tenggelam hingga 30 cm per tahun.

Usulan Pemindahan Ibu Kota

Menanggapi meningkatnya tekanan air dan infrastruktur, presiden Iran telah mengusulkan pemindahan ibu kota negara dari Teheran ke selatan.

Presiden Masoud Pezeshkian mengatakan dia mengemukakan gagasan itu kepada Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei tahun lalu.

Dia menekankan kalau krisis sumber daya yang terus bertambah membuat relokasi menjadi suatu kewajiban.

Berbicara minggu lalu di dekat Teluk Persia, ia menyoroti akses kawasan itu ke perairan terbuka dan rute perdagangan, dengan alasan bahwa suatu langkah dapat memacu pertumbuhan ekonomi sekaligus mengurangi tekanan pada Teheran.

"Wilayah ini terletak di pesisir Teluk Persia dan menyediakan akses langsung ke perairan terbuka serta pengembangan hubungan perdagangan dan ekonomi. Jika kita memiliki pandangan yang berbeda tentang kapasitas wilayah ini, kita dapat menciptakan wilayah yang sangat makmur dan maju. Menerima situasi saat ini tanpa merancang peta yang ilmiah, akurat, dan asli untuk masa depan tidaklah cukup," ujarnya.

Lahan Basah Iran Sekarat

Para pejabat Iran menekankan kalau permasalahan krisis air Iran bersifat sistemik.

Menurunnya lahan basah di utara, ditambah dengan pemanfaatan lahan basah yang berlebihan di perkotaan dan kekeringan, menggarisbawahi perlunya reformasi pengelolaan air yang komprehensif.

Tanpa tindakan terkoordinasi, negara ini dapat menghadapi krisis ekologi, pertanian, dan kemanusiaan yang berulang.

Abdolhakim Edrisi, ketua lembaga swadaya masyarakat lingkungan Golestan, mengatakan:

"Lahan basah sedang sekarat. Tanpa tindakan nasional yang mendesak untuk memulihkan hak atas air, merevisi praktik pertanian, dan mengoordinasikan pengelolaan air antarprovinsi, krisis ini akan segera berubah menjadi krisis kemanusiaan."

Presiden Iran Masoud Pezeshkian, mengatakan:

“Teheran, Karaj, dan Qazvin saat ini sedang menghadapi krisis air, dan krisis ini tidak dapat diatasi dengan mudah. ​​Ini adalah bencana dan menunjukkan bahwa air di bawah kaki kita mulai habis.”

Apa yang Terjadi Selanjutnya

Interaksi antara keruntuhan ekologi, kelangkaan air, dan tekanan perkotaan kemungkinan akan menguji pilihan kebijakan Iran.

Keberhasilan restorasi lahan basah, reformasi air, dan usulan pemindahan ibu kota dapat menentukan apakah negara tersebut dapat mencegah bencana lingkungan dan kemanusiaan nasional.

0 Response to "Iran Alami Krisis Air Terparah dalam Sejarah,Presidennya Usulkan Pemindahan Ibu Kota"

Post a Comment